Arsip Kategori: Passion

September; One Piece dan Kota Palu

September datang lagi, kali ini di tahun 2023 yang tidak pernah ku bayangkan kehadirannya. Bulan yang selalu menjadi bulan yang spesial, apapun bentuknya kelak. Begitu pula dengan Bulan September tahun ini bagi hidupku.

Bagiku, September bukan hanya bulan yang harus dirayakan, ada makna spesial di dalamnya, entah karena ada event tertentu atau perjalanannya yang penuh dengan kejutan. Jika tahun kemarin Septemberku diisi dengan event spesial, Konser Be The Sun Seventeen–yang menjadi konser Kpop pertama yang ku tonton secara nyata, kali ini karena One Piece dan Kota Palu.

Sebelum aku jelaskan ada apa dengan One Piece dan Kota Palu, aku ingin menjelaskan secara singkat bayanganku tentang hidup. Hidup itu memang misteri, tetapi aku menemukan beberapa pola yang saling berhubungan antara kehidupan seseorang di masa lalu, masa kini dan masa mendatang. Pola yang belum bisa ku telaah bagaimana terbentuknya (karena memang itu menjadi rahasia Tuhan), namun aku sadar jika hidup itu adalah Pola.

Lanjutkan membaca September; One Piece dan Kota Palu

Cilok

Sudah hampir seminggu ini saya ingin makan Cilok yang dijual dekat Jembatan Komplek Perumahan tempat kantor berada. Ciloknya tidak seenak Cilok yang dijual di dekat Telkom University, tapi cukup enak dibandingkan Cilok yang pernah saya coba selain Cilok Telkom. Anehnya, penjual Ciloknya tidak pernah muncul padahal ia sering berjualan pada minggu-minggu sebelumnya.

Cilok untuk merayakan Bulan Desember yang awalnya saya kira membosankan. Ternyata tidak lagi membosankan karena akhirnya saya berani untuk resign dari pekerjaan setelah menundanya sejak Bulan September. Ya, meski di-Acc pada bulan Februari tahun 2022.

Selama sebulan ini saya disuruh mencari radio lain karena Program Director ingin saya untuk terus bekerja di dunia itu. Saya aminkan karena begitu pula keinginan Bapak saya (saya pun). Katanya biar saya tidak kehilangan ‘nama’ di dunia broadcasting selain karena radio bagi saya adalah passion.

Lanjutkan membaca Cilok

Tulisan Pilihan ‘Dari Timur’

20180420_205014355170037.jpg

Buku ini sudah lama saya beli, tahun lalu, sebelum berangkat on the job training di Malaysia. Merupakan kumpulan tulisan pilihan para penulis yang berasal dari Tengah-Timur Indonesia yang diseleksai oleh orang-orang di balik berjayanya MIWF (Makassar International Writers Festival) 2017.

Lanjutkan membaca Tulisan Pilihan ‘Dari Timur’

Turning Back the Memories with ‘Emil and The Detective’

“Grown-Ups are firghtfully dense sometimes.”
-Pony, page 157_

 A few days ago, I finally went to a bookfair in Malaysia–which was my important purpose to got here. And I spent almost sejutahh just for books–wortlah, ya.

Lanjutkan membaca Turning Back the Memories with ‘Emil and The Detective’

Be Nomad

Saya pernah menulis di blog sebelumnya bahwa pada dasarnya sejak kecil saya selalu berpergian dari satu tempat ke tempat yang lain, pindah-pindah menjadi rutinitas hidup yang tidak dapat diubah. Hal tersebut disebabkan oleh tugas bapak yang mengharuskannya pindah-pindah setiap 3-5 tahun sekali, dan sekarang beliau mendapat jatah kurang lebih 6 bulan-1 tahun di suatu tempat.

Meski tidak lagi mengikuti bapak yang pindah-pindah, saya mengembangkan rutinitas itu menjadi sebuah kewajiban. Saya memutuskan untuk berkuliah di tanah orang. Sudah hampir tiga tahun tinggal di tanah perantauan, saya masih saja ingin pindah kota dan memutuskan untuk mengambil internship atau On The Job Training (OJT) di negara orang. Ya, negara orang. Padahal, selama hampir 3 tahun tersebut saya masih saja suka berpergian, entah balik ke Makassar, main ke Ambon serta Semarang hingga berplesir ke Banyuwangi dan Yogyakarta selama dua minggu kurang.

Lanjutkan membaca Be Nomad

Hunting Light Painting, Portal Benua

Picture Header saya memang terlihat aneh, semacam portal yang diciptakan Doctor Strange menggunakan cincinya itu. Ya, meski awalnya saya tidak memiliki niatan menciptakan portal, ketika melihatnya sekilas setelah diposting, saya jadi terbayang bahwa header itu seakan membuat pembaca blog ini memasuki portal baru yang penuh imaji.

_MG_7889.JPG
Portal ciptaan saya. Lol. Difoto oleh Has.

Lanjutkan membaca Hunting Light Painting, Portal Benua

Prolog; Misunderstand

“Apa?” Tanyaku bersidekap, menghalau rasa dingin yang menerpa.

Di luar hostel hujan sedang menyapa, pagi-pagi buta, bahkan sebelum anak sekolahan bersiap diri menyambut pagi. Sedangkan aku disini, melihat hujan pada pagi yang buta bersama pria masa lalu yang entah mengapa mendatangiku. Lebih tepatnya menghantuiku yang sedang asyik-asyiknya menikmati hidup.

“Bisa nggak, lu ngasih gue waktu 30 menit aja buat ngejelasin semuanya?” dia bertanya balik, ku lihat raut wajahnya yang keras. Mungkin dia sudah tidak tahan dengan sikapku yang selalu keras kepala semenjak dia datang ke Hostelku yang tercinta ini.

Diriku menghembuskan napas, berusaha terlihat makin ketus, karena dasarnya diriku memang sudah ketus padanya. “Udah 2 tahun yang lalu! Gila! Mau ngejelasin apa lagi, mas?”

“Gue ga suka deh lu manggil gue ‘mas’.”

“Heh… kenapa? Suka-suka guelah.” cibirku sebal.

Lanjutkan membaca Prolog; Misunderstand

Prolog

Di Buton, Baubau, Sulawesi Tenggara, gue menghabiskan masa SMA gue di sana. Tiap pagi, kecuali libur dan hari minggu, gue akan pergi ke sekolah bersama adik bungsu gue yang saat itu masih duduk di sekolah dasar. Jarak sekolah dan rumah gue saat itu nggak terlalu jauh, cukup jalan 15 menit–atau bahkan kurang dari itu gue udah sampai di sekolah. Jaraknya kurang lebih sama seperti jarak kosan sama kampus gue sekarang.

Rumah gue saat itu berada di jalan Balai Kota, jalannya penuh pepohonan rindang yang kadang daunnya berguguran. Seperti musim gugur. Pagi di Buton sangat segar, nyaman, yang selalu buat gue kangen sama suasana Kota Baubau. Dan kalau gue ngangenin Buton, gue rasa seperti sedang kangen dengan rumah.

Pagi-pagi, gue jalan bersama Nanda–adik gue–, kami bercengkrama sembari menghirup udara segar. Cuaca Buton memang panas, tapi nggak sepanas kota-kota besar yang sudah dikontaminasi dengan karbondioksida kendaraan-kendaraan bermesin. Jalan ke sekolah sangat menyenangkan buat gue, selain menghirup udara segar, gue juga bisa ngelihat kesibukan pelabuhan Murhum yang terletak di dekat rumah gue.

Lanjutkan membaca Prolog