September; One Piece dan Kota Palu

September datang lagi, kali ini di tahun 2023 yang tidak pernah ku bayangkan kehadirannya. Bulan yang selalu menjadi bulan yang spesial, apapun bentuknya kelak. Begitu pula dengan Bulan September tahun ini bagi hidupku.

Bagiku, September bukan hanya bulan yang harus dirayakan, ada makna spesial di dalamnya, entah karena ada event tertentu atau perjalanannya yang penuh dengan kejutan. Jika tahun kemarin Septemberku diisi dengan event spesial, Konser Be The Sun Seventeen–yang menjadi konser Kpop pertama yang ku tonton secara nyata, kali ini karena One Piece dan Kota Palu.

Sebelum aku jelaskan ada apa dengan One Piece dan Kota Palu, aku ingin menjelaskan secara singkat bayanganku tentang hidup. Hidup itu memang misteri, tetapi aku menemukan beberapa pola yang saling berhubungan antara kehidupan seseorang di masa lalu, masa kini dan masa mendatang. Pola yang belum bisa ku telaah bagaimana terbentuknya (karena memang itu menjadi rahasia Tuhan), namun aku sadar jika hidup itu adalah Pola.

Oh, ya, pandanganku bisa berubah kapan saja. Aku tidak mendalami filsafat dan hanya memperhatikan apa yang telah terjadi dalam hidupku sejak SMA.

Apa hubungannya Pola dengan tulisan hari ini?

Hehe… Aku terkadang suka dengan kejutan yang Tuhan berikan kepadaku. Membuatku seperti orang gila karena ingin mengetahui jalannya semesta yang–tentu saja–tidak akan pernah bisa ku ketahui jalannya bagaimana. Aku hanya tahu jika takdir yang terjadi ini karena pola.

Aku merasa hampir gila, menemukan bahwa aku mulai menonton One Piece secara serius di tahun 2014. Lupa kapan tepatnya, tetapi apabila dilihat dari folder anime One Piece yang berusaha ku kumpulkan episodenya pada zaman dahulu, adalah bulan Mei 2014. Sebenarnya aku sudah tahu OP sejak SD, kemudian seluruh saudaraku menyukai One Piece di kala aku lebih memilih seasonal-anime atau K-Drama hingga aku lulus SMA dan tidak tahu harus melakukan apa di kala seluruh saudaraku membicarakan One Piece. Mau tak mau, aku pun menonton One Piece agar bisa sefrekuensi dan tada~~ aku menyukainya.

Pada Bulan Agustus, lebih tepatnya tanggal 12 tahun 2014, aku pindah ke Kota Palu bersama seluruh keluargaku. Kami menaiki pesawat dari Makassar dan aku ikut karena belum memiliki keinginan apa-apa setelah impianku terkubur. Di atas pesawat aku memotret banyak hal karena rute melewati banyak pegunungan dan laut yang indah.

Ini salah satu bagian dari Sulawesi Tengah tapi bukan Kota Palu

Kalau dilihat dari angkasa, bentuk Teluk Palu mengingatkanku akan Marineford dan setelah turun dari pesawat, aku dan ketiga saudaraku setuju jika Palu memang seperti Marineford. Fakta itu menjadi hiburan bagi kami yang memang menyukai One Piece.

Lalu, selama beberapa bulan aku tinggal di sana karena tidak memiliki niatan untuk berkuliah. Aku ingin menjadi penulis, traveler dan fotografer–yang saat itu, ku pikir hanya butuh keberanian. Karena keinginanku ditentang, aku merasa seperti tahanan di Kota Palu. Kerjaanku hanya menonton anime, mendengarkan lagu dan makan.

Kemarin aku membaca tulisanku di blog yang lama tentang Kota Palu. Dalam tulisan itu aku sedih menganggap Kota Palu sebagai Penjara karena aku sadar akan banyak hal yang ku lakukan saat itu; menonton anime dan Stand Up Comedy, makan durian sepuasnya, jajan sepuasnya, mengikuti acara Cosplay, dan jalan-jalan. Tetapi aku tidak bisa ke mana-mana selain Kota Palu. Aku tertahan hingga aku menulis jika suatu saat nanti aku akan kembali Ke Kota Palu dengan perasaan yang lebih baik–and I will.

September 2014

Bulan Agustus tahun ini menjadi pembuka lagi untukku, kembali menonton One Piece dari awal. One Piece versi Live Action yang tayang pada tanggal 31 Agustus kemarin.

Tontonan yang membuat dadaku kembang kempis. Ingin nangis karena ternyata aku sudah berada di tahun di mana sebuah kemustahilan menjadi nyata. One Piece Live Action.

Season awalnya sudah ku selesaikan beberapa menit sebelum aku mengetik paragraf ini. Di bulan September.

Jujur, saat melihat Luffy, aku seperti melihat diriku di tahun 2012-2015. Sosok yang selalu percaya akan mimpi, yang akan selalu bertanya tentang mimpi seseorang dan memotivasi orang lain untuk memiliki impian. Sosok yang memiliki sisi kekanak-kanakan; menyebalkan namun menyenangkan. Sosok yang aku rindu dari diriku sendiri, yang hilang saat pandemi menyapa.

Aku merasa seperti ditampar oleh realita saat itu dan rasa sakitnya masih menjalar hingga sekarang.

Banyak mimpi yang aku simpan, tetapi banyak pula yang sudah tercapai. Mimpi gilaku belum tercapai, walau masih tersimpan, aku yakin suatu hari nanti ia akan muncul dan mengajakku untuk ber-high five. Aku masih berusaha menyimpan sisi Luffy-ku jauh di dalam hati, enggan aku buang karena menurutku dunia terlalu melelahkan untuk dijalani terlalu serius.

Bulan Septemberku di tahun 2014 pun diisi oleh One Piece dan beberapa anime lain. Agar aku tidak tantrum, Mama selalu mengizinkanku berbelanja apapun yang aku inginkan termasuk membeli merch One Piece dan ikut ke Jcos Palu (kedua adikku juga dapat, kok).

She didn’t understand how spoiled she was

Suprisingly, di tahun ini, orangtuaku akan pindah ke Kota Palu. Bulan September ini, menghitung minggu. Paham, kan, mengapa aku merasa sedikit gila? Di kala aku sedang tergila-gilanya pula dengan One Piece, bahkan aku tengah melanjutkan tontonan Kuroko no Basuke yang terhenti di Season 2 (yang juga aku mulai di tahun 2014).

Pola yang tidak ku ketahui maknanya ini seakan menamparku untuk bergerak lagi. Menyadarkan sisi yang telah lama ku kubur karena takut akan dunia kembali hadir, meski aku tidak tahu apakah ia akan benar-benar hadir atau tidak. Sekarang pun aku sedang berusaha, dimulai dengan menulis ini.

Tidak ada makna berarti dalam tulisan ini. Aku hanya bingung cara mengungkapkan kehadiran pola-pola ini dalam hidupku. Saat membaca ulang tulisan ini, aku merasa poinku belum tersampaikan dengan baik karena aku benar-benar bingung cara menafsirkan hubungan Bulan September, Kota Palu dan One Piece dalam hidupku.

Garis luarnya mereka memang berhubungan dengan diriku. Untukku yang senang berpikir, ini adalah hal yang luar biasa. Bagi orang lain, mungkin ini hal yang tidak perlu dipikirkan terlalu dalam. Tidak mengapa. Aku hanya senang berpikir hehe…

Mungkin nanti, aku bisa menjelaskan sesuatu lebih baik lagi lewat tulisan. Jadi, mari berjumpa pada tulisan selanjutnya.

Tinggalkan komentar