Kota Baubau

Saya suka sekali bercerita tentang sebuah Kota yang berada di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Letaknya cukup jauh, kalau dari Jakarta harus transit di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar sebelum lanjut terbang ke Bandara Betoambari Baubau. Bisa juga naik kapal selama beberapa hari. Maka tidak heran jika menuju Kota Baubau, saya atau kamu harus merogoh kocek yang sangat dalam.

Keindahan Kota Baubau tidak bisa saya jelaskan hanya lewat kata. Perlu foto atau video yang memperlihatkan indahnya pantai di sana, betapa asrinya jalanan dan betapa segarnya udara di sana saat itu (untuk udara harus ke sana, ya). Mungkin awalnya akan sulit beradaptasi jika tidak tahan dengan udara panas di siang hari, tetapi lama-lama akan terasa lebih nyaman dibandingkan menghirup udara knalpot kota-kota besar di Pulau Jawa.

Tinggal di sana selama tiga tahun. Saya tidak menyangka, kota itu akan terus saya ingat di kepala bahkan di saat umur saya sudah tidak muda lagi. Tiga tahun ternyata meninggalkan banyak kenangan dan kesan baik yang membuat saya berubah menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya. Masih segar rasanya ingatan saya saat pertama kali keluar dari Pelabuhan Murhum Baubau. Saat itu, saya dan Bapak naik mobil teman Bapak yang akan mengantar kami melihat calon rumah yang akan ditinggali. Berbelok ke kiri, jalanan sedikit menanjak dan saya membuka jendela mobil untuk menghirup udara segar bercampur bau Pelabuhan yang sedikit amis, tiba-tiba di kepala saya terbesit sebuah doa.

“Di sini, saya akan sukses!”

Saya tidak tahu, saya sukses atau tidak. Tetapi, selama tiga tahun, saya menikmati kehidupan saya di sana meski semuanya tidak berjalan dengan lurus. Tangis juga banyak, tapi yang paling saya ingat adalah bagaimana teman-teman saya mau menerima saya yang berasal dari Kota yang jauh. Karena mereka, saya bisa berubah menjadi lebih baik karena tidak ada yang lebih baik dari teman yang bisa menerima diri ini.

Membawa luka yang dalam, di kota sebelumnya walau saya mendapatkan sahabat yang masih mendoakan saya sampai sekarang (begitu juga sebaliknya), saya merasa banyak amarah dan sakit hati yang tertumpuk di dada. Amarah yang kemudian redam, sakit hati yang berubah menjadi kesyukuran karena selama di Baubau, saya belajar banyak hal bukan hanya pelajaran di sekolah.

Ya, meski sekarang suasana pertemanan itu sudah tidak lagi sama karena kesibukan masing-masing. Tidak apa-apa. Saya tetap bersyukur telah dipertemukan dengan teman-teman saya yang waktu itu dipanggil sebagai TWINS12.

Bukan hanya orang-orangnya yang menyenangkan dan cerdas. Di Baubau, saya belajar mencintai Laut yang dulu sempat saya tidak sukai karena menimbulkan trauma masa kecil. Laut di Kota Baubau sungguh cantik, asri, bersih dan… karena itu setiap melihat Pantai di kota lain, saya tidak bisa tidak membandingkannya dengan Pantai di Kota Baubau sampai orang lain kesal. Tapi, sungguh, Pantai dan Laut di Kota Baubau benar-benar cantik.

Pantai Nirwana, ini foto yang saya ambil!

Sayangnya, tinggal selama tiga tahun juga membuat saya bosan dengan Laut sampai saya sempat membencinya. Lebih tepatnya, benci diajak ke Pantai setiap hari Minggu oleh Bapak padahal saya masih ingin berleha-leha di kamar. Kini, saya paham mengapa Bapak mengajak saya ke Pantai Nirwana setiap Minggu. Ternyata, sulit untuk ke Kota Baubau lagi lepas kami pindah. Sulit untuk ke Pantai Nirwana lagi setelah kami beranjak hampir 10 tahun lalu dari Kota Baubau.

Sesal pun tersisa. Namun apa daya, saya tidak bisa mengulang waktu dan tiket ke Kota Baubau masih sulit untuk saya dapatkan karena mahalnya transportasi ke sana.

Banyak sekali rasanya ingin saya ceritakan tentang Kota Baubau. Setiap sisinya seakan memiliki cerita yang ingin saya bagikan ke orang-orang. Tentang Wantiro, tentang Keraton Buton, Wabula, Kota Mara, Pantai Kamali…

Mungkin suatu saat nanti saya akan bercerita lagi. Waktu sudah tidak memungkinkan untuk membuka laptop. Saya harus beranjak untuk menulis cerita lain di Wattpad. Saya harus mengerjakan tugas Les Bahasa Inggris dan saya harus latihan MC–yang sepertinya akan saya lakukan besok hehe.

Oh iya, saya berencana ke Kota Baubau tanggal 6 April nanti atas bantuan salah satu teman saya. Jujur, beberapa hari ini saya sedang memikirkan bagaimana cara saya membalas kebaikannya yang sangat luar biasa itu. Mungkin memang belum sekarang saya bisa membalasnya, tapi kelak, insha Allah meski dia tidak ingin dibalas kebaikannya.

Tinggalkan komentar