Hari yang Disesalkan

Hari yang disesalkan itu seharusnya tidak muncul atau kalau perlu dihilangkan saja dari kotak memoriku. Tetapi memori tidak bisa semudah itu untuk dilupakan, ia laksana waktu yang fana tapi selalu ada menghantui, memaksa manuisa untuk mengingatnya.

Memori itu tentang seseorang yang pernah datang di kehidupanku, beberapa waktu yang lalu, waktu yang lawas sudah. Delapan tahun? atau kurang satu tahun lagi?

Waktu itu kami bertemu di kapal, ketika mentari hampir tenggelam di horizon. Ia mengajakku untuk keluar kamar, mengobrol bersama pintanya. Obrolan tentang sekolah dan kawan baru. Obrolan tentang Masa Orientasi Siswa yang sudah lewat hampir empat bulan lalu.

Lanjutkan membaca Hari yang Disesalkan

Nostalgia Bersama Rindu

Dua hari lalu aku baru saja menyelesaikan buku karangan Tere Liye yang berjudul Rindu. Buku yang sebenarnya sudah ku baca sejak tahun 2015 lalu, awal-awal kuliah. Tetapi tidak kunjung ku selesaikan karena begitu tebal dan terlanjut bosan.

Empat tahun kemudian baru selesai, hebat memang.

Tentu saja, aku sukaaaa sekali dengan Rindu meski kemarin sempat bosan. Mengangkat tokoh yang berasal dari Timur, Gurutta Karaeng Ahmad, Daeng Adipati dan anak-anaknya, serta Ambo Uleng. Mereka melekat di ingatanku, karena aku suka tokoh yang berasal dari Timur Indonesia–aku suka menginterprestasikan mereka.

Lanjutkan membaca Nostalgia Bersama Rindu

23

Ku pikir, dulu aku bisa menulis sembari mengerjakan tugas kuliah. Nyatanya aku terlalu sibuk, terlena dengan kesibukan yang hampir tidak berarti untukku. Hampir tidak berarti, karena nyatanya aku belum bekerja di dunia yang selaras dengan jurusan kuliahku.

Ku pikir, aku bisa masuk UKM menulis yang bisa membuatku lebih produktif dan belajar banyak mengenai dunia menulis. Kenyataannya, aku gagal kala tes wawancara karena ketidaktahuanku akan dunia jurnalistik. Padahal aku hanya ingin menulis.

Lanjutkan membaca 23

Menghilangkan Kehausan

Sama halnya seperti buku tua yang mulai menguning, aku pun mulai menua dengan segala pemikiran yang membertakan kepala. Mulai dari impian, uang, kebahagiaan, dan keluarga.

Aku tidak suka menjadi tua karena takut dikendalikan oleh ketamakan dan keinginan untuk menjadi sosok yang sukses karena nafsu. Tetapi menjadi bahagia terlalu mudah, karena sejujurnya tidak melakukan apa-apa dan hanya membaca buku seharian penuh sudah membuatku bahagia.

Dalam seminggu ini sudah ku habiskan 4 buku, setelah berkutat dengan Big Bad Wolf di Parahyangan kemarin, aku memutuskan untuk menghabiskan bacaan–agar tidak banyak buku yang menumpuk. Hari ini, setelah memutuskan buku mana yang akan ku lahap, aku merasa kekurangan buku lagi. Padahal uang tabunganku sudah ludes untuk membeli buku kemarin.

Lanjutkan membaca Menghilangkan Kehausan